Kepribadian Seorang Generalis.
Menarik mempelajari kekalahan telak JK dari SBY. Ulasan ini menggunakan perspektif kepribadian. JK memiliki jenis kecerdasan dan kepribadian In; seorang generalis, juru damai, egaliter, serba bisa, cekatan, pragmatis, kompromistis, daya adaptasi tinggi, tanpa basa-basi, dan yang paling utama adalah orangnya tulus dan sanggup berkorban untuk sesuatu yang lebih besar.
Tiga kali ia memberi signal bahwa ia bersedia menjadi cawapres SBY lagi, namun SBY masih menggantung tidak memberi jawaban. Sebagai orang In yang terbiasa bereaksi spontan JK merasa tersinggung dipermainkan. Segeralah ia menyatakan siap maju menjadi calon RI 1, demi harga diri. Sebenarnya, sejatinya orang In lebih sesuai menjadi orang nomer 2. Kalau ia mau naik level, maka berupayalah menjadi nomer dua pada tingkatan yang lebih tinggi. Misalnya, JK menjadi orang nomer 2 di OKI atau PBB. Sayangnya keadaanlah yang memaksa JK mengambil pilihan itu.
Kegesitannya merangkul tokoh-tokoh besar, konsep iklan yang komunikatif, klaim-klaim merebut prestasi pemerintah sudah dibuat gencar-bertubi-tubi bagai air bah, dan penguasaan panggung debat terbuka antar capres telah dimaksimalkan. Sosok generalisnya telah menggarap hampir semua aspek dengan gencar. Beberapa serangan intensif ini berhasil merebut simpati dari pemilih rasional. Sayangnya ada satu pekerjaan rumah yang tidak tergarap dengan baik oleh JK yaitu pemilih emosional. Antropologi masyarakat Indonesia yang sangat F (Feeling), ternyata dipenuhi dengan pemilih emosional. Pada sisi inilah SBY sudah terlebih dahulu mendapatkan loyalitas masyarakat dan susah untuk direbut orang lain. Tipe F itu diibaratkan wanita. Isi hatinya hanya untuk satu lelaki. Dan sukar berpindah ke lain hati. Itulah yang terjadi dengan pemilih Indonesia. Mereka melanjutkan pilihannya pada SBY yang flamboyan dengan mesin kecerdasan F, sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia itu sendiri.
Seharusnya JK tidak cukup dengan bermain taktis dan teknis mengandalkan organisasi kampanye yang modern, melainkan ia perlu melakukan langkah strategis mencari momentum emosional yang besar. Pada bagian ini diperlukan ketajaman seorang spesialis. Spesialis menaklukkan hati, mengubah cinta lama kepada cinta baru. Seperti meng-create momentum didzaliminya SBY oleh rezim MS, yang kemudian menimbulkan pembelaan masyarakat. Pada item ini JK yang generalis akan kesulitan melakukannya. Diperlukan sosok yang spesialis F atau spesialis cinta, untuk menjadi vote getters utamanya JK. Entah ada atau tidak?
Hebatnya, setelah kalah, JK cepat melakukan adaptasi tanpa canggung menjalankan tugas bersama dengan SBY sebagai wapres periode berjalan. Kemampuan ini khas miliknya orang In, sang generalis yang pandai beradaptasi. Nothing to lose, karena pengabdian JK tulus.
by Farid Poniman
====================================================
Artikel-artikel terkait:
Insting
batam stifin
stifin batam
====================================================
0 comments:
Post a Comment